--Part 2--
Marni mengemudikan
mobilnya semakin kencang…. Dan semakin kencang….
Dia teringat pembicaraannya 6 tahun yang lalu dengan orang tua Ratih.
Dia teringat pembicaraannya 6 tahun yang lalu dengan orang tua Ratih.
FLASH BACK__
“Marni, apa tidak sebaiknya kamu pulang kerumah, Ibumu
pasti cemas mencarimu?” Bujuk orang tua Ratih.
“Tante, Om, Ratih,
tidak bisakah aku tinggal disini bersama kalian? Ibuku, dia tidak sayang
padaku, setiap hari dia hanya menyuruhku berjualan kue saja, aku capek. Tapi
setiap aku meminta hak ku untuk kuliah Ibu tak pernah menghiraukanku.” Jawab
Marni.
“kami senang jika
kamu nyaman tinggal disini. Kami juga sudah menggangapmu sebagai anak kami
sendiri, tapi bagaimanapun juga kamu harus memberi kabar pada Ibu dan adikmu,
Mar…”
“benar Mar, Ibumu
pasti panic saat ini.” Setuju ratih.
“Kalau kalian memang tidak mau aku ada di sini baiklah aku akan pergi. Tapi tolong jangan beritahu Ibu dan adikku kalau aku pernah kesini.” Marni menangis, dan hilang kendali.
Saat Marni hendak pergi, Ibu Ratih memanggilnya dan memeluknya dari belakang.
Ia meminta Marni untuk tetap tinggal dirumahnya dan berjanji tidak akan membeitahu keberadaan Marni pada adik dan Ibunya. Melihat kejadian itu Ratih
“Kalau kalian memang tidak mau aku ada di sini baiklah aku akan pergi. Tapi tolong jangan beritahu Ibu dan adikku kalau aku pernah kesini.” Marni menangis, dan hilang kendali.
Saat Marni hendak pergi, Ibu Ratih memanggilnya dan memeluknya dari belakang.
Ia meminta Marni untuk tetap tinggal dirumahnya dan berjanji tidak akan membeitahu keberadaan Marni pada adik dan Ibunya. Melihat kejadian itu Ratih
dan Ayahnya hanya
bisa berlapang dada menerima keputusan Ibunya. Tapi mereka pun senang Marni
bisa tinggal bersama mereka, sejak dulu mereka memang sayang pada Marni……
FLASHBACK END__
Marni meminggirkan
mobilnya di tepi danau. Ia menenangkan pikirannya disana.
Hatinya campur aduk, marah, sedih, bersalah atas apa yang sudah terjadi.
“Kenapaaaaaaa………” teriak Marni sekeras2-nya.
“aku sudah melupakan kalian tapi kalian muncul lagi di kehidupanku,,”
Hatinya campur aduk, marah, sedih, bersalah atas apa yang sudah terjadi.
“Kenapaaaaaaa………” teriak Marni sekeras2-nya.
“aku sudah melupakan kalian tapi kalian muncul lagi di kehidupanku,,”
Berjam-jam Ia
duduk di tepi danau sambil menangis, Ia teringat masa-masa SMAnya dulu saat
masih tinggal bersama Ibu dan adiknya. Dan tangisannya pun semakin menjadi.
Mirna sampai
dirumah dengan kusut, matanya sembab karena habis menangis. Ibunya yang sedang
menyiapkan makanan segera menghampiri Mirna dan menanyakan apa yang terjadi.
Mirna pun menceritakan apa yang dialaminya siang tadi. Ia bertemu dengan
kakaknya Marni. Dan Mirna pun bercerita mengenai apa yang dikatakan Marni
padanya, untuk tidak mengganggu hidup kakaknya lagi. Mirna meminta Ibunya untuk
melupakan Marni, karena Marni sudah tidak perduli lagi pada mereka.
“Apa yang kamu katakan Mir, tidak mungkin kakakmu bicara seperti itu,.” Bentak Ibu pada Mirna yang tidak percaya.
“Apa yang kamu katakan Mir, tidak mungkin kakakmu bicara seperti itu,.” Bentak Ibu pada Mirna yang tidak percaya.
“Ibu aku tidak
bohong, jadi aku mohon Ibu lupakan kak Marni, kita mulai hidup dari awal, hanya
aku dan Ibu .” Pinta Mirna pada Ibunya.
“Asal kamu tahu
nak, selama ini Ibu bertahan hidup untuk bisa bertemu lagi dengan Marni. Dan
sekarang kamu sudah bertemu dengannya dan tahu dia baik-baik saja hati Ibu
sudah senang. Yang Ibu mau hanya bertemu dengannya dan memeluknya. Sekarang
kamu malah nyuruh Ibu melupakan kakakmu ???”
“Bu ,kak Marni sekarang sudah menjadi apa yang dia mau. Dia seorang dokter dan kaya sekarang, dia sudah tidak ingat kita lagi Bu. Jadi aku mohon lupakan Kakak…”
“Bu ,kak Marni sekarang sudah menjadi apa yang dia mau. Dia seorang dokter dan kaya sekarang, dia sudah tidak ingat kita lagi Bu. Jadi aku mohon lupakan Kakak…”
Plaaaaaakkkkk.
Ibu menampar
Mirna. Kekesalannya tak bisa terbendung lagi. Ia kecewa pada Mirna yang
menjelek2an Marni. Mirna yang sangat kaget dengan perlakuan Ibunya hanya bisa
menangis.. dan menangis. Selama ini Ibunya tidak pernah semarah itu, apalagi
sampai menampar anaknya sendiri. Mirna pun segera masuk ke kamarnya. Ibu yang
baru sadar akan perbuatannya pada Mirna terduduk lemas sambil melihat
tangannya.
“Maafkan Ibu
Mirna, maaf……”
1 Minggu
Kemudian…………
Mirna dan Ibu
pergi bersama untuk mencari Marni kembali. Sekarang keadaanya berubah. Mirna
tidak tega memisahkan Ibunya dengan Kakaknya yang sudah lama dinanti. Oleh
karena itu Mirna akan tetap mencari kakaknya untuk Ibunya.
Kaki mereka tak
kenal lelah untuk mencari informasi tentang keberadaan Marni.
Sekarang ini Marni
adalah seorang dokter di salah satu rrumah sakit terkenal di Kota. Jadi tidak
sulit bagi Mirna dan Ibunya menemukan Marni.
Dan tibalah mereka
di rumah sakit tempat Marni bertugas.
Tiba-tiba Mirna
melihat sosok yang sepertinya dikenalnya. Yah benar saja, Ratihlah yang
dilihatnya. Tanpa berfikir lama Ia pun segera menghampiri Ratih.
“Kak Ratih.”
Panggilnya.
“Mir…..Mirna…. “
Jawab Ratih dengan terbata-bata. Ia terlihat kaget dengan kehadiran Mirna dan
Ibunya.
“Kak, sedang apa kakak
disini? Siapa yang sakit? “
“eh..ehmm aku
disini ingin menemui seseorang , bagaimana denganmu? “ jawab Ratih dengan
gugup.
“Aku dan Ibu
sedang mencari kak Marni, kami mendapat kabar kalau kak Marni bekerja di rumah
sakit ini .”
Ratih kaget
mendengar jawaban Mirna yang sudah mengetahui keberadaan Marni. Ditambah lagi
saat ini Ia juga akan menemui Marni. Bagaimana jika Ibu dan adik Marni menemukan
Marni,, dan apa yang akan terjadi? Itulah yang sedang dipikirkannya.
“Kak Ratih… kenapa
bengong, apa kakak pernah bertemu kak Marni atau dimana kak Marni berada
sekarang? “ Tanya Mirna yang heran.
“Tidak… aku tidak
tahu apa-apa. Maaf aku harus pergi sekarang. “ Dengan tergesa-gesa dan
kecemasannya Ratih pergi meninggalkan mereka berdua dan langsung menuju ke
tempat Marni. Mirna dan Ibunya hanya bisa saling menatap keheranan dengan sikap
Ratih. Merekapun beranjak mencari Marni lagi.
Tak
disangka-sangka Marni ternyata menghampiri Ibu dan adiknya. Ia mendapat kabar
dari tetangga rumahnya yang dulu, bahwa Ibu dan adiknya menjmput Marni di rumah
sakit. Tanpa basa basi Ia pun segera
memanggil adik dan Ibunya yang berjalan membelakanginya.
“Ibu…Mirna…apa
kalian mencariku?
Sadar ada orang
yang memanggil mereka Ibu dan Mirna pun membalikkan badan . Betapa terkejutnya
mereka ternyata orang yang memanggilnya adalah Marni, yang sedang mereka cari.
“Marni….........”
Ibu langsung memeluk dan menangis saat melihat putrinya.
“Iya , bu ini aku
Marni. Untuk apa Ibu mencariku lagi. Aku sudah bahagia dan sukses sekarang .”
“Nak, Ibu rindu
padamu, kemana saja kau selama ini , ayo kita pulang Nak..?” Ajak Ibu pada
Marni.
Mirna hanya bisa
diam melihat kakaknya yang terlihat tidak senang dengan kehadiran mereka, Ia
pun sudah yakin kalau kakaknya akan menolak untuk kembali pada mereka.
“Hah…… Pulang
bersama kalian?? Aku mohon Kalian lupakan saja aku, aku sudah bahagia dengan
hidupku yang sekarang ini. Tanpa kalian.”
“Kakak ………cukup.
Jangan kakak sakiti Ibu lagi. Ibu sudah sangat menderita selama ini kak. Hanya
demi kakak Ibu masih bertahan hingga sekarang. “ Bela Mirna
“Demi aku?? Dulu
Ibu selalu saja mengabaikanku, tidak pernah sedikit saja menuruti permintaanku
.”
“maafkan Ibu Mar,
Ibu memang salah padamu, ibu tidak bisa membahagiakannmu. Tapi Ibu sudah mempersiapkan sesuatu yag kamu inginkan
dulu nak, jadi ayo kita pulang.” Ibu memohon, air matanya semakin deras
mengalir di pipinya.
“Sudahlah sekeras
apapun aku memohon kalian tidak akan mendengarkanku, seperti dulu “ Marni yang sangat
kesal meninggalkan Ibu dan adiknya. Dengan hati yang hancur dan kesedihan nya
Ia mencoba menahan air matanya yang sudah hampir menetes. Ibunya hanya bisa menangis
dan tak percaya anak yang dinantinya selama ini sudah menolaknya. Begitu juga
dengan Mirna. Merea berdua pun meninggalkan tempat itu dan kembali kerumah.
Ratih menunggu
diruangan Marni yang kosong, seketika Marni datang dengan langkah yang
sempoyongan. Ratihpun terkejut dengan kondisi Marni.
“Ada apa? Mengapa
kau seperti ini? Apa kamu sudah……” Tanyanya pada Mirna. Ia sudah bisa mengira
kalau Mirna telah bertemu dengan adik dan Ibunya.
“Mereka …… mereka
mencariku…… Ibu dan adikku “ Marni menjelaskan.
“Tadi aku juga
bertemu dengan mereka di Loby, dan aku kemari untuk memberitahukannya padamu,
tapi ternyata kau sudah menemui mereka .”
“Ya, mereka masih mengharapkanku kembali. Apa yang
harus aku lakukan? Disisi lain aku benci pada mereka karena masa laluku, tapi
disisi lain……….” Omongannya terhenti.
“Tapi di sisi lain
kau juga rindu pada mereka ? Benar begitu kan? “ Sambung Ratih melanjutkan
kata-kata yang diucapkan Marni.
Tapi Marni tak
menjawab Ia hanya duduk terdiam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Melihat
sikap Marni, Ratihpun mengajak marni untuk pulang dan beristirahat. Ia sangat
mengerti dengan perasaan marni saat ini. Sebenarnya banyak yang ingin di
tanyakannya pada Marni, tapi ia mengurungkan niatnya, tak mau membebani Marni
yang lemah. -(ohhh Sahabat yang baik
^^)-
Tibalah Ibu dan
Mirna dirumah. Mirna menuntun Ibunya
dengan penuh kasih sayang tak mau bila Ibunya terjatuh. Padahal sebenarnya Ia
juga merasa sangat sakit atas penolakkan kakaknya tadi. Mira tidak mau terlihat sedih yang akan menambah
kesedihan Ibunya. –sungguh anak yang baik J-
Mirna membaringkan
Ibunya ke kasur, tapi Ibunya malah memarahi dan menyalahkannya. Karena Mirna
tidak membujuk kakaknya untuk pulang bersama mereka. Mendengar perkataan
Ibunya, Mirna hanya terdiam dan tidak berusaha membela diri. Ia selalu membela
kakaknya walaupun sebenarnya hatinya sakit , Ibunya selalu lebih menyayangi
Marni ketimbang dirinya.
Malampun tiba ,
akhirnya Ibunya bisa tidur dengan nyaman. Sedikit mengurangi kekhawatiran Mirna. Iapun tidur di samping Ibunya……
Kukuruyuuuuuuuuukkkk……
Suara ayam mulai
terdengar, matahari muncul dari persembunyiannya.
“Sayangg,,,
bangun. Kamu mau tidur sampai kapan? “ terdengar suara Ibu membangunkan.
“hmmmm bentar lagi
mah , 5 menit lagi yah..?”
Tak sabar dengan
tingkah anaknya yang tak kunjung bangun, Wanita separuh baya itupun langsung
menarik paksa lengan anak itu. Kaget dengan perlakuan Ibunya anak itupun
bergegas bangun dengan mata masih merem.
“Cepatlah mandi
dan turun, sudah ada yang menunggumu.”
“Siapa pagi-pagi begini ingin menemuiku Mah? Kurang kerjaan tuh orang.” Protes anak itu.
“Siapa pagi-pagi begini ingin menemuiku Mah? Kurang kerjaan tuh orang.” Protes anak itu.
“sudahlah nanti
juga kamu tahu sendiri.”
Anak itupun segera
mandi dan berdandan. Pakainnya sudah rapih, bau parfum sudah tercium di
tubuhnya. Tapi bukannya segera turun , Ia malah menghampiri kamar sebelah
kamarnya. Untuk apa? Iapun mengetuk pintu kamar itu. Terdengar suara wanita
dari dalam kamar itu.
“Ya tunggu bentar…..” Teriaknya dari dalam.
Dan ketika dibuka…………
“Kamu sudah siap
Tih? Dan ternyata wanita itu adalah Ratih. Sudah jelas berarti wanita yang
memanggilnya adalah Marni.
Mereka berdua
akhirnya turun ke bawah. Dan ternyata benar ada orang yang sedang menunggu
Marni. Dia adalah ……. TUKANG SURAT ????
“Mah jadi ini
orang yang mencariku?” Tanya marni heran.
“Iya, sayang.
Katanya ada surat penting untukmu dan
harus kamu sendiri yang menerimanya.” Jawab Mamah.
Marnipun
menghampiri tukang surat itu. Dan menerima surat yang dikirim untuknya.
Marni pun segera
membuka surat itu dengan yakin. Penasaran dengan isi surat yang di terima
Marni, Ratih merampas surat itu dari genggaman marni.
“Hey..kembalikan ,
itu surat untukku..?” teriaknya kesal pada Ratih.
Tanpa menghiraukan
marni, ratihpun membuka surat itu, dan isinya……………
“Assalamu’alaikum, kak Marni. Ini aku Mirna adikmu. Kau masih
mengingatku kan?
Bagaimana keadaanmu sekarang, aku harap kau selalu sehat dan
baik di sana. Sebelumnya maaf jika aku mengganggu, aku tahu kau orang yang
sibuk sekarang. Tapi setelah pertemuan terakhir kita 2 tahun yang lalu, aku
semakin tidak nyaman.
Setiap hari Ibu selalu memintaku untuk membawamu pulang. Setiap
hari ibu selalu menyebut-nyebut nama kakak. Apa kau tahu, aku iri padamu. Ibu
tidak pernah sekhawatir itu padaku. Padahal selama ini aku yang merawat dan
menjaganya, tapi tetap saja kakaklah yang selalu di sayanginya. Kak, aku tidak meminta
lebih darimu , aku tidak akan memaksamu untuk kembali, tapi aku mohon untuk sekali
ini saja aku ingin bertemu dengan kakak. Luangkan waktumu yang sangat berharga
itu, untuk bertemu denganku sekali saja. Aku janji setelah itu aku tidak akan
pernah mengganggu hidupmu lagi. Aku mohon temui aku besok di taman tempat kita
sering bermain semasa kecil dulu. Aku yakin kau masih ingat kan?
Aku akan menunggumu kak.
Wassalam’ualaikum….. “
Adikmu,
Mirna
Marni mendengarkan
surat yag di bacakan Ratih. Ia menagis tersendu-sendu mengetahui isi surat itu
teryata dari adiknya. Sejak pertemuan
mereka dirumah sakit Ia tidak pernah bertemu lagi dengan Ibu dan adiknya. Dua
tahun sudah.
Tak tega melihat
sahabat sekaligus saudaranya menangis, Ratih langsung memeluk Marni. Ia pun
ikut menangis. Dan mereka berduapun menangis bersama *huaaaaaaa :’( ……….
Keesokan harinya
Marni mendatangi tempat Ia janjian dengan Mirna, disana ternyata Mirna sudah
menunggunya.
“Mengapa kau
datang seendiri? Dimana Ibu? Apa dia tidak mau bertemu dengan ku lagi? Tanyanya
pada Mirna. Apa Marni sudah bersedia menerima Ibunya kembali?????? –entahlah-
“Kau datang kak,
aku pikir kau tidak akan mau bertemu denganku lagi?”
Marni masih saja
mennyakan Ibunya, tapi Mirna tetap saja tidak menjawab pertanyaan Marni.
“Hey… ada aa
denganmu? Aku bertanya dimana Ibu tapi kau diam saja, apa kamu tidak ingin aku
bertemu Ibu lagi? “ Tangkas Marni dengan kesal.
“ Aku ingin bertemu
denganmu karena ini…” Mirna menyodorkan sebuah kotak.
“Apa ini? Untuk
apa kau memberikan ku ini? “ Tanya Marni dengan heran.
“Ini milik Ibu. Ia
menitipkannya padaku. Katanya ini untuk kakak.”
“Memangnya dimana
Ibu sekarang? “ Matanya berkaca-kaca, ia ingin sekali mengetahui Ibunya berada.
Mirna tetap saja
diam. Ia hendak berdiri seakan ingin pergi, tapi ditahan oleh Marni.
“Kau mau kemana?
Kau belum menjawab pertanyaanku Mirna..?” Air mata Marni tak terbendung lagi.
Ia marah-marah dengan Mirna yang sejak tadi tak menjawab pertanyaannya.
Mirna bangkit dan
berkata, “ jika kakak ingin bertemu Ibu, datanglah ke alamat yang ada di dalam
kotak itu, aku pamit kak, jaga dirimu dengan baik.” Mirnapun pergi, Marni tak
berkata apa-apa. Ia hanya memandangi kepergian Mirna dengan sedih.
Di mobil Ia tak
segera membuka kotak pemberin Mirna. Ia hanya memandanginya saja dalam waktu
yang lama.
Akhirnya dengan
penuh kecemasan Ia membuka kotak itu, dan ………..
Ada buku tabungan,
jam tangan, dan sebuah surat di dalamnya.
Marni mengingat
jam tangan itu. Dulu sewkatu SMA ia pernah menginginkan jam tangan itu, tapi
ditahnnya karena tidak punya uang untuk membelinya. Dan tenyata sekarang Ibunya
membelikannya. Tangisannya semakin menjadi, mengingat betapa jahatnya Ia pada
Ibunya.
Kemudian Ia
mengambil surat, dan membacanya. Ternyata surat itu dari Ibunya.
“Untuk anakku Marni,……
Nak ini Ibu, maaf kalau pertemuan kita di rumah sakit
mengagetkanmu. Ibu senang sekali akhirnya Ibu bisa melihatmu dan mengeahui kau
baik-baik saja. Ibu juga senang karena kamu sudah sukses sekarang. Mar, bertahun-tahun
Ibu mencarimu, Ibu sadar selama ini Ibu memang salah padamu. Ibu tidak pernah
mengabulkan keinginanmu, Ibu selalu saja memarahimu. Ibu minta maaf Nak. Tapi
ternyata kamu sangat marah pada Ibu dan tak mau kembali pada Ibu. Ibu sangat
sedih atas penolakanmu. Alasan sampai sekarang Ibu hidup hanyalah ingin bertamu
dengan kamu. Kamu tahu Ibu sakit Nak. Ibu sudah lama mengidap TBC stadium
akhir. Waktu Ibu sudah tidak lama lagi. Mungkin saat kamu mebaca surat ini Ibu sudah
tidak ada di dunia ini.
Tapi sebelum itu terjadi Ibu ingin memberikan apa yang kamu
inginkan sejak dulu.
Dulu kamu minta ingin kuliah kan? Sebenarnya saat itu Ibu sudah
menabung untuk biaya kuliahmu. Semuanya sudah Ibu masukkan di dalam rekening.
Oh iya ada juga jam tangan yang sangat kamu inginkan dulu. Untung saja belum di
beli orang.
Ini semua untukmu, Ibu menitipkannya pada Mirna adikmu, karena
Ibu tak bisa memberikannya sendiri padamu. Pesan Ibu jaga dirimu baik-baik ya
Nak, mafkan Ibumu yang tak berguna ini. Ibu akan selalu mendo’akan anak-anak
Ibu.
Ibu sayang pada mu Marni……………. “
Marni tak percaya
bahwa apa yang dibacanya adalah surat terakhir dari Ibunya sebelum meninggal. Dan
ia mengerti sekarang mengapa Mirna tidak memberitahu keberadaan Ibunya dan
malah menyuruhnya membaca surat di kotak itu.
Dan sekarang Ibunya
sudah meninggal. Ia pun membuka buku tabungan itu, dan betapa terkejutnya Ia
ternyata tabungan yang selama ini di kumpulkan Ibunya untuk Marni tidak
sedikit. Bahkan sangat cukup untuk biaya Ia kuliah dan sekolah adiknya.
Tapi apa boleh
buat, nasi sudah menjadi bubur. Ibunya sudah tak akan kembali lagi. Marni hanya
bisa menangis dan menyesali semua perbuatannya selama ini.
“ibu…………. Maafkan
aku………….”
---END---