--Part 1--
Oleh
: Ika Widiastuti
Suatu cerita dimana kita akan tahu betapa besar pengorbanan
dan kasih sayang seorang ibu ……
Matahari
mulai keluar dari peraduannya, suara ayam berkokok menandakan bahwa hari telah
pagi…
Udara sejuk sangat terasa disebuah desa kecil di kaki gunung.
Udara sejuk sangat terasa disebuah desa kecil di kaki gunung.
Hiduplah sebuah keluarga kecil….. Ibu Minah dan kedua
anaknya Marni dan Mirna ..
Ibu Minah adalah seorang janda yang hidup bersama kedua
anak perempuannya , mereka adalah Marni
dan Mirna. Ayah mereka telah meninggal
dunia setahun yang lalu akibat penyakit jantung yang dideritanya. Sejak saat
itu Bu Minah banting tulang demi menghidupkan keluarga kecil mereka terutama
untuk membiayai sekolah kedua anaknya . Marni anak pertama Bu Minah duduk di
bangku SMA ,sedangkan Mirna baru saja kelas satu SMP..
“Ibu , aku butuh uang segera untuk kegiatan bimbel di
sekolah “.
“Tapi nak ibu belum punya uang, hasil dagangan ibu
akhir-akhir ini menurun..”
“Aahhh… aku tidak mau tahu, pokoknya secepatnya Ibu harus
memberi uangnya padaku “.
Yah begitulah Marni
anak pertama Bu Minah. Sifatnya keras
dan apapun yang di inginkannya harus dipenuhi. Dia tidak pernah memikirkan
keadaan keluarganya yang serba kekurangan, asalkan senang-senang apapun akan
dilakukannya .
Berbeda sekali dengan Mirna, dia selalu membantu pekerjaan
ibunya . Dari sifatnya yang lembut, dia sangat menyayangi ibunya . Setiap
sehabis pulang sekolah Mirna selalu membantu ibunya berjualan keliling kampung
.
“ibu ini hasil
jualan siang ini, hmm lumayan bu
tadi banyak yang beli dagangan kita .”
“alhamdulilah… terimakasih ya nak, kamu memang anak yang baik, mau membantu ibu berjualan keliling .”
“alhamdulilah… terimakasih ya nak, kamu memang anak yang baik, mau membantu ibu berjualan keliling .”
“ibu kan sudah berjuang untuk keluarga kita, aku hanya
sedikit meringankan beban ibu saja kok .”
“iya nak,, pasti kamu lelah kan. Makan dan istirahatlah.”
“baik bu .”
“iya nak,, pasti kamu lelah kan. Makan dan istirahatlah.”
“baik bu .”
Marni dan
teman-temannya sedang duduk di kantin. Mereka berbincang-bincang tentang
rencana mereka setelah lulus SMA .
“Winda setelah lulus nanti kamu mau lanjut kemana?” Tanya
Ratih, teman sebangku Marni.
“hmm entahlah, orang tuaku menyuruhku melanjutkan ke
Perguruan Negeri, tapi aku tidak berminat.”
“lho, kenapa? Kamu kan orang kaya , kamu bisa bebas memilih
universitas yang kamu inginkan?” Sanggah Marni.
“aku sudah malas berfikir, aku ingin bekerja saja mengumpulkan banyak uang, hehehehe”
“aku sudah malas berfikir, aku ingin bekerja saja mengumpulkan banyak uang, hehehehe”
“sayang sekali ya , andai aku jadi kamu, aku akan lanjut ke
universitas yang aku inginkan, tapi sayangnya …..”
Perkataan Marni terhenti sejenak, ia sadar bahwa untuk
melanjutkan ke universitas butuh biaya besar, sedangkan hidupnya serba
kekurangan.
“sayangnya kenapa Mar ??” Tanya Ratih.
“ahh tidak, eh udah bel tuh, yukk kita masuk kelas.”
“ok…ok…”
“ok…ok…”
Bel pulang sekolah berbunyi, Marni dan teman-temannya
keluar kelas, Marnipun langsung menuju kerumah.
Di rumahnya Marni menyampaikan niatnya unuk melanjutkan
sekolah ke Universitas kepada ibunya.
“Apaaa…?” Ibu terkejut mendengar ucapan Marni.
“Iya, aku ingin melanjutkan ke Universitas setelah lulus
nanti. Kenapa? Ibu tidak setuju?” Sergah Marni.
“Bukan begitu Mar, tapikan kamu tahu Ibu tidak punya uang
untuk membiayai sekolahmu, apalagi untuk masuk ke Perguruan Tinggi, usaha Ibu
saja tidak cukup nak?”
“ahhh….Ibu selalu bicara seperti itu, apa Ibu tidak mau melihat aku sukses?? Ibu memang tidak sayang denganku. “
“ahhh….Ibu selalu bicara seperti itu, apa Ibu tidak mau melihat aku sukses?? Ibu memang tidak sayang denganku. “
Marnipun pergi meninggalkan Ibunya sambil marah-marah,
Ibunya hanya bisa menangis sedih melihat
kepergian anaknya..
Ternyata Marni pergi ke rumah temannya., Ratih.
Ternyata Marni pergi ke rumah temannya., Ratih.
“waaah Tih rumahmu besar sekali ya, kamarmu juga sangat
nyaman..”
“aahhh biasa saja,
kamu pergi ya dari rumah, memangnya ada apa? Apa kamu bertengkar lagi dengan
ibu dan adikmu?” Tanya Ratih penasaran.
Marnipun menceritakan semuanya pada Ratih dengan penuh
emosi.
Ratih mengerti apa yang sedang dirasakan sahabatnya itu.
Ratih mengerti apa yang sedang dirasakan sahabatnya itu.
“Ya sudah kamu boleh tinggal di rumahku sepuasnya, aku
senang jadi ada teman belajar yang pintar sepertimu, hehehe.”
“Makasih ya Tih, kamu memang sahabat terbaikku.”
“Makasih ya Tih, kamu memang sahabat terbaikku.”
Marnipun akhirnya tinggal di rumah Ratih, menurutnya
keluarga Ratih lebih bisa mengerti dia ketimbang adik dan Ibunya sendiri. Dan
terlebih lagi orang tua Ratih yang sangat baik
kepadanya , mereka menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
Hari demi hari,
bulan demi bulan berlalu, dan tahun demi tahun sudah Marni meninggalkan rumah.
Selama itu pula adik dan Ibunya mencari Marni kemana-mana. Tapi selama itu pula
mereka tidak mendapat kabar apapun dari Marni.
Bagaimana perasaan Ibunya yang setiap hari mencemaskan anak pertamanya, setiap hari Ibunya selalu bertanya apakah Marni sudah makan?, apakah dia hidup dengan baik di luar sana?, apakah dia sehat??
setiap hari Ibunya berkata seperti itu.
Mirnalah yang selama ini merawat Ibunya . Setelah lulus sekolah ia bekerja di sebuah toko sebagai kasir. Yah penghasilannya memang tidak besar tapi cukup untuk membiayai kebutuhannya dengan ibunya. Sedangkan Ibunya yang sudah semakin lemah dan sering sakit-sakitan hanya bisa berdiam diri di rumah menanti datangnya Marni kembali.
Bagaimana perasaan Ibunya yang setiap hari mencemaskan anak pertamanya, setiap hari Ibunya selalu bertanya apakah Marni sudah makan?, apakah dia hidup dengan baik di luar sana?, apakah dia sehat??
setiap hari Ibunya berkata seperti itu.
Mirnalah yang selama ini merawat Ibunya . Setelah lulus sekolah ia bekerja di sebuah toko sebagai kasir. Yah penghasilannya memang tidak besar tapi cukup untuk membiayai kebutuhannya dengan ibunya. Sedangkan Ibunya yang sudah semakin lemah dan sering sakit-sakitan hanya bisa berdiam diri di rumah menanti datangnya Marni kembali.
“Bu , minum dulu obatnya, supaya ibu cepat sembuh .”
“Mir, apa sudah ada kabar dari kakakmu? “
“Belum bu, tapi Ibu tenang saja aku akan berusaha mecari kak Marni sampai ketemu, asalkan ibu sehat .”
“Ibu kangen sekali padanya, apa dia baik2 saja di luar sana?” Air mata Ibu mulai menetes, semakin deras, seraya memanggil-manggil nama Marni.
“Ibu harus kuat dan tetap optimis , kak Marni pasti pulang, ya ..”
“Belum bu, tapi Ibu tenang saja aku akan berusaha mecari kak Marni sampai ketemu, asalkan ibu sehat .”
“Ibu kangen sekali padanya, apa dia baik2 saja di luar sana?” Air mata Ibu mulai menetes, semakin deras, seraya memanggil-manggil nama Marni.
“Ibu harus kuat dan tetap optimis , kak Marni pasti pulang, ya ..”
Mirna yang terlihat tegarpun ikut meneteskan air matanya,
Ia tidak tega melihat Ibunya yang menderita karena ulah kakaknya.
Mirna membeli obat Ibunya di apotek. Saat ingin menuju
kerumahnya, tidak sengaja Ia berpapasan dengan seorang wanita. Wanita itu
berpakain rapi, bermobil mewah, dan dilihat dari penampilannya dia orang kaya.
Wanita itupun minta maaf kepada Mirna karena tidak sengaja menabraknya.
“Maaf..maaf… saya tidak sengaja.”
Mirna yang masih terjatuh dilantai akhirnya bangun, dan …………………
“Kak Marni ???” Mirna mengenali wanita itu.
“kamu… Mirna ??? “ Marni shock dengan pertemuan ini,
matanya membesar dan tangannya gemetar.
“Iya kak, aku Mirna , adikmu. Kau masih hidup kak? Ya Allah kami sudah lama mencarimu kemana-mana kak…” Marni tak mampu menahan air matanya.
“Iya kak, aku Mirna , adikmu. Kau masih hidup kak? Ya Allah kami sudah lama mencarimu kemana-mana kak…” Marni tak mampu menahan air matanya.
“Untuk apa kalian mencariku hah? Aku bisa hidup baik tanpa
kalian. Lihat sekarang aku sudah sukses, dan itu semua tanpa kalian.”
Mirna kaget dan tak menyangka kakaknya bicara seperti itu.
Ternyata orang yang selama ini dicari dan dinanti sudah melupakannya .
“Kak, ibu sangat merindukanmu, temui ibu kak???”
“Ibu ? Dulu bahkan Ibupun tak perduli padaku, sudahlah
kalian lupakan saja aku, dan jalani hidup kalian tanpaku lagi. Aku pun begitu.”
Marnipun masuk ke mobil mewahnya , meninggalkan adiknya yang masih berdiri mematung.
Marnipun masuk ke mobil mewahnya , meninggalkan adiknya yang masih berdiri mematung.
Mirna memanggil-manggil kakaknya yang sudah pergi. Tangisannya
pecah seketika, tak bisa terbendung lagi.. :’(
Sementara itu Marni yang masih tidak menyangka bertemu
dengan adiknya, menelpon Ratih. Ia menceritakan semua yang dia alami barusan.
Selama ini ternyata Marni tinggal dan di besarkan oleh keluarga Ratih. Setelah
lulus SMA, keluarga Ratih membiayai seluruh pendidikan Marni sampai Ia menjadi
seorang yang sukses. Sekarang Marni sudah menjadi seorang dokter, seperti apa
yang di cita-citakannya sejak dulu.
Lalu mengapa Marni
tidak pernah memberi kabar pada keluarganya?
Dan juga mengapa keluarga Ratih tidak memberitahu keadaan
Marni selama ini kepada adik dan ibunya?
Apakah keluarga Ratih memang ingin memisahkan Marni dengan
keluarganya?????
.....lanjut ke part 2.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar